FILSAFAT DARI PERTANYAAN-PERTANYAANKU
Filsafat itu tergantung dari obyek dan metodenya. Obyek adalah apa yang dipikirkan dan metodenya adalah bagaimana memikirkannya. Orang yang tau bahwa bahwa filsafatnya itu sudah memasuki ranah spiritual adalah orang yang mempunyai pengalaman di bidang spiritual dan orang yang sedang memikirkannya dan mampu merefleksikannya.
Dari
sisi filsafat, segala sesuatu obyek itu berdimensi. Lupa juga berdimensi,
dimensi ruang dan dimensi waktu, lupa tentang apanya, lupa tentang dimananya,
dan bagaimana lupanya. Orang yang tidak lupa adalah diriku yang sedang
memikirkannya, sedangkan orang yang lupa adalah juga dirimu yang sedang tidak
memikirkannya. Maka hidup ini 90% lebih adalah lupa. Misalkan saja saat anda
memikirkan filsafat, sedangkan di luar filsafat adalah banyaknya tak berhingga.
Maka lupa secara filsafat itu tidak lain tidak bukan adalah abstraksi, reduksi,
pilihan di bawah sadar, dimana anda memilih suatu keadaan tidak sadar bahwa
tidak memperhatikannya atau tidak memikirkannya. Lupa itu adalah sebagian besar
daripada diri kita, karena yang kita pikirkan itu hanya sedikit dari fenomena
yang banyak dan fenomena yang kita lupakan.
Ketika
ada banyak orang berfilsafat, maka bisa saja dikatakan bahwa salah satunya
benar dan yang lainnya salah, atau semuanya benar, atau semuanya salah. Dalam
filsafat, benar itu berdimensi, bertingkat-tingkatan, dan bermacam-macam. Ada
benar dalam pikiran anda dan benar dalam penglihatan anda. Benar dalam pikiran
beda dengan benar dalam penglihatan, beda pula dengan benar dalam pendengaran.
Dalam filsafat terdapat benar absolut atau benar dalam spiritual dan benar
material (benar secara hukum alam atau dalam hukum sebab akibat).
Dalam
filsafat, orang lain yang ada di dalam diriku adalah semua yang sedang aku
pikirkan, bisa saja istriku, anakku, cucuku, dan semua orang yang aku kenal.
Jika anda pernah memikirkanku, berarti aku ada di dalam dirimu, itu misalnya.
Hermenetika
itu tidak cukup hanya dipelajari, tapi dilaksanakan. Intisari dari hermenetika
adalah menerjemahkan, yang meliputi semua hal. Karena dalam berfilsafat adalah
olah pikir, maka menerjemahkan tidak cukup dengan memikirkannya tetapi juga
melihatnya, mengatakannya, menuliskannya, dan melaksanakannya.
Dalam
filsafat, jawaban yang benar atau salah yang relatif bukan tergantung
alasannya, tetapi tergantung dimensinya, tergantung oleh konteks ruang dan
waktu. Jawaban yang berlaku umum dan universal itu hanya satu, yang bersifat
mono yang disebut monoisme. Jawaban umum yang berlaku umum itu adalah kebenaran
spiritual, kebenaran monotheism, monotheisme. Jawaban yang berlaku umum artinya
semakin ke universal atau semakin umum larinya ke hati, itu kebenaran absolut.
tapi selama dia masih di dalam pikiran manusia, selama itu juga masih relatif.
Dalam
berfilsafat, antara dua orang lebih boleh berbeda pendapat. Dalam diri
seseorang saja ada banyak pikirannya tentang satu hal, meliputi hal-hal yang
ada ataupun yang mungkin ada. Belajar filsafat itu sebetul-betulnya adalah
membaca sumber primer, misalnya karya-karya Pythagoras, karya-karya Rene
Descartes, dan lain sebagainya.
Filsafat
Yunani Kuno menjadi acuan dari filsafat-filsafat lain karena, pertama, ada
dokumennya, kedua, secara substansi orang Yunani Kuno adalah orang/bangsa yang
pertama kali mengubah mitos menjadi logos. Pada saat itu ada kepercayaan bahwa
pelangi itu adalah jembatan para bidadari yang turun dari langit ke bumi.
Kemudian oleh para pemikir hal tersebut dibantah. Mereka mengatakan bahwa
pelangi itu adalah bayangan dari sinar yang menembus air. Mereka membuktikannya
dengan cermin yang dimasukkan ke dalam air dan ketika terkena cahaya, cahaya
itu akan memantul pada tembok dan menghasilkan macam-macam warna.
Musuh
besar filsafat yaitu mitos, atau sesuatu yang sudah kau anggap jelas. Mitos
tidak semuanya jelek. Anak kecil itu belajar karena mitos, seperti dalam
belajar makan, minum, dan sebagainya. Mereka belum menggunakan logos.
Secara filsafat, ilmu
alam dan ilmu sosial lahirnya bersamaan, kalau ilmu biologi, sosiologi, dan
sebagainya itu lahirnya setelah revolusi filsafat positivism. Jadi ilmu itu
berkembang, ilmu yang berkembang itu bersifat positif, positif itu artinya
meninggalkan filsafat, meninggalkan aspek-aspek yang tidak bisa dipercaya, maka
dia menggunakan logiko, hipotetiko, dan seterusnya (metode-metode ilmiah
sekarang ini).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar