Sabtu, 01 Desember 2012

REFLEKSI PERKULIAHAN FILSAFAT ILMU (Senin, 26 November 2012)


SEKILAS ANALISIS TENTANG HAKEKAT BERPIKIR IMANUEL KANT
Human reason atau sama dengan pikiran manusia  itu akan menimbulkan pertanyaan yang tidak bisa dihindari, ini karena hakekatnya, tetapi tidak bisa dijawab karena setiap aspek daripada berpikir itu menurunkan atau diturunkan. Pikiran manusia itu sulit dimengerti tanpa melakukan salah tafsir. Artinya kebanyakan orang itu melakukan banyak kesalahan dalam menterjemahkan proses berpikir. Pikiran itu berangkat dari prinsip, prinsip itu adalah kategori, kategori itu adalah intuisi. Ada dua prinsip berpikir, yaitu identitas dan kontradiksi.
Di atas prinsipel seseorang itu berpikir pikiran, sedangkan di bawah ia  berpikir pengalaman. Yg di atas rasionalism yg bawah empiricism. Pengambilan keputusan ada dua, yaitu analitik dan sintetik. Analitik itu Subjek sama dengan Predikat, sedangkan sintetik itu subjek  tidak sama dengan predikat. Analitik itu berarti identitas, sintetik berarti kontradiksi. Pada setiap pengambilan keputusan ada dua pengambilan keputusan, yaitu analitik dan sintetik. Analitik itu berdasarkan konsistensi koherensi, dan sintetik berdasarkan pengalaman atau intuisi empiris. Kalau analitik merupakan pure intuisi/intuisi murni. Yang namanya analitik itu A sama dengan B (subjek =  predikat), predikat B itu masuk ke dalam A, atau predikat B terletak atau masuk penuh ke dalam A. predikat B merupakan bagian dari A, itu artinya sintetik. Memnbaca dengan tidak mengerti itu namanya mitos, sedangkan membaca dengan mengerti itu namanya logos. Bisa berbicara tetapi tidak mengerti itu namanya mitos.
Sebagai contoh, Semua benda itu berkembang, ini dikatakan sebagai analitik. Ini sama halnya kalau anda mengatakan “una” adalah “inu”. “Una” tidak bisa memahami “inu” dan sebaliknya “inu” tidak bisa memahami “una”, yang seperti ini namanya analitik. Misalnya semua benda punya berat. Kita bisa memaknai bahwa makna berat itu berbeda dengan makna benda. Tambah unsur lagi yang namannya a priori. Semua alasan memenuhi prinsip a priori, tetapi memperoleh prinsip a priori itu ternyata pengalaman yang disebut dengan sintetical judgement. Sintetikal judgement maksudnya adalah memperolehnya a priori, atau prinsip di dalam semua teori berpikir. Oleh karena itu mathematical judgement harusnya sintetik, berarti sudah berbeda dengan mathematic yang dipikirkan oleh pure mathematic. Kesimpulannya nanti bahwa matematika itu sintetik a priori.
Sebagai contoh, 7+5 = 12 itu sintetik. Karena 7+5 tidak sama dengan 12. Ini berarti 7+5 nya  Imanuel Kant itu beda dengan 7+5 nya pure mathematician. 7+5 nya pure mathematician itu bebas ruang dan waktu. Ternyata 7+5 nya Imanuel Kant itu terikat oleh ruang dan waktu, yang disebut sintetik. Jadi 7+5 itu berbeda dengan 12. Kita tidak bisa membuktikan bahwa 7+5=12. Itulah yang dimaksud dengan sintetik.
Terdapat logika orang awam, logika formal, logika material, logika normative, logika spiritual. Imanuel Kant membuat logika Transenden, yaitu logikanya para dewa. Isinya adalah kategori, yang diperoleh dari intuisi. Kategori di dalam logika trensenden ialah kita bisa membedakan singular, particular, universal itu masuk pada kategori quantity. Kita bisa membedakan infinit negatif atau afirmatif itu kategori quality. Kategori relasi disjungtif, hipotetical, categorical, modality, problematika, asetorika, apodiktik. Semua problem berpikir termasuk di sini. Jadi categorical sendiri masuk di dalam kelompok relasi.
Konsep berpikir itu adalah sebagai kategori.  Ada judgement, unity, plurality, totality, reality, kemudian kalau dicari hubungannya modality dan possibility itu merupakan impossibility, neceserity itu adalah kontingensi. Kalau dikaitkan antara pikiran dengan pengalamannya. Kontingensi itu pengalaman, pengalaman itu bersifat kontingen, yang bersifat unpredictable. Kalau analitik metodenya deduksi. Analitik dengan deduksi itu cocok/ chemistry, bahasa itu chemistry. Deduksi di sini bersifat transenden, deduksinya para dewa. Ada deduksi yang bersifat empiris. Sebenarnya tidak ditemukan deduksi yang bersifat empiris dalam hakekat orang yang berpikir.
Pengalaman itu bersifat naik kemudian digunakan untuk berpikir, dan ada kategori terlebih dahulu, termasuk bisa membedakan. Pengalaman itu bersifat manipul, kaitannya dengan ruang berurutan, berkelanjutan dan berkesatuan, dan digabung menjadi manipul, itulah membentuk pengalaman, Imanual Kant menyebutnya sebagai manipul. Apersepsi itu bersifat sintetik. Perlu di ingat di pengalaman ada intuisi, di berpikir ada intuisi. Jadi tidak bisa berpikir tanpa intuisi. Yang mendahului berpikir itu adalah intuisi, jadi dalam mengajar kita tidak boleh merampas intuisi siswa. Intuisi ada kaitanya dengan kesadaran. Maka letakkanlah kesadaran anda di depan hakekat kalau anda ingin memahami suatu hakekat. Dalam mengajar di kelas terdapat apersepsi. Apersepsi dalam pembelajaran maksudnya kesiapan siswa. Kesatuan apersepsi itu disebut sebagai kesatuan transendental dari kesadaran diri. Kesadaran diri ini penting untuk bisa berpikir a priori. Supaya bisa berpikir maka harus sadar dulu. Apersepsi yang membentuk kesadaran tadi adalah prinsip yang tertinggi dari kesadaran brpikir. Ruang dan waktu adalah intuisi. Ruang dan waktu jika di isi dengan manipul kesatuan content, maka dia merupakan representasi tunggal tadi. Understanding adalah kemampuan kognisi. Tujuan dari apersepsi yaitu untuk melakukan kegiatan berpikir, supaya kita mampu berpikir.
Jika berpikir berhubungan dengan objek nyata maka maksudnya dapat dipahami dengan berbagai macam cara. Kita bisa memahami suatu objek dengan berbagai macam sudut pandang, itu kalimat filsafatnya. Jadi ada prinsipel, ada skema, ada sistem, ada aksioma, dalam pikiran kita. Jadi aksioma tidak hanya ada dalam matematika. Kategori bisa menjadi aksioma. Kita bisa membedakan itu adalah aksioma kita. ”Ada” hanya sebagai subjek, tidak mempuyai predikat. Itu adalah hakekat yang ada, yang belum berrelasi dengan sifatnya. Di dalam berpikir itu pasti ditemukan kontradiksi. Contohnya dunia itu bisa dikatakan mempunyai permulaan dan bisa dikatakan tidak mempunyai permulaan. Itu semua karena keterbatasan pikiran manusia.  

Minggu, 25 November 2012

REFLEKSI PERKULIAHAN FILSAFAT ILMU 19 NOVEMBER 2012


MENCOBA MENARIK BENANG MERAH FILSAFAT
Kita tidak harus mengetahui matematika dengan sangat mendalam untuk mengerti filsafat matematika, tapi kalau terlalu sedikit juga tidak baik. Seseorang jika sudah purna dalam ilmu bidang maka ada kekurangannya, yaitu ketidakfleksibilitasnya menjadi rendah di dalam merefleksikan ilmunya. Di dalam mempelajari filsafat ternyata yang perlu direfleksikan itu banyak hal, dan hal yang ada dan yang mungkin ada itu berdimensi, sehingga dalam menjawab pertanyaan siapakah diriku, maka diriku itu berdimensi, diriku ketika kapan, diriku ketika dimana, diriku dalam ruang dan waktunya yang apa. Diriku yang relative dan diriku yang absolute itu semuanya ada di dalam filsafat.
Berfilsafat itu menggunakan metode hidup, yaitu hermenetika dengan adanya metode spiral, seperti lingkaran kemudian ditambah unsur garis lurus sehingga menjadi spiral, maka bersifat terus berulang dan dikembangkan. Apakah sebetulnya filsafat, mungkin kita sampai sekarang belum yakin betul untuk menjawabnya, karena kesadaran kita terhadap ruang dan waktunya filsafat. Tetapi kita bisa merunut dari awal sejarahnya. Berfilsafat itu modalnya adalah critical thinking (berpikir kritis), dengan menggunakan pikiran, karena berfilsafat adalah olah pikir. Hanya kita buktikan bahwa berpikir itu banyak sekali dimensinya dan banyak sekali hubungannya, terbukti di dalam elegi-elegi Prof. Marsigit, bagaimana beliau menghubung-hubungkan pikiran dengan hati, kemudian bagaimana menerapkan pikiran untuk memahami segala sesuatunya di dalam ruang dan waktunya sehingga harapannya yaitu melalui berfilsafat kita dapat memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada di dalam ruang lingkup yang kita pikirkan. Misalnya jika yang kita bicarakan tentang pendidikan matematika, maka ruang yang satu dengan yang lainnya itu saling berpotong-potongan. Pendidikan matematika dalam arti materialnya artinya satu sisi terdapat ruang pendidikan matematika, dimana ruang sebelahnya adalah pendidikan sains, ruang pendidikan IPS, dan lain sebagainya. Tapi di dalamnya itu atau di dalam ruang-ruang itu bisa kita berikan dimensi baru yaitu ruang material, formal, normative dan spiritual, dan juga ruang-ruang yang lain, misalnya ruang archaic, ruang politik, ruang diri, ruang subyektif, ruang universal, ruang kuantitatif, ruang kualitatif dsb.
Fungsi karakter matematika di sekolah adalah mengajarkan tentang kesadaran klasifikasi/ penggolong-golongan, hal ini dipandang dari sisi filsafat sangat mudah karena penggolong-golongan adalah kategori. Kategori sangat penting, tiadalah kesadaran kita terlepas dari kategori. Pengetahuan dan ilmu itu adalah merupakan kategori. Tanpa kategori kita tidak mampu berpikir dan tidak bisa hidup. Kategori itu merupakan salah satu bentuk dari intuisi ruang. Dalam kuliah SMA atau S1 mereka membaca buku-buku filsafat, bisa sumber primer, skunder maupun tersier. Jadi kita sudah belajar filsafat dari perkembangannya mulai jaman Yunani Kuno dulu. Wajar kalau yang menjadi fokus adalah segala benda yang berada di luar dirinya. maka dia selalu tertarik segala sesuatu itu dibuat dari apa dan unsur dasarnya apa. Maka mulailah pemikiran-pemikiran untuk menggali unsur-unsur  benda yang ada di bumi ini. Maka muncullah pemikir-pemikir dengan berbagai teori. itulah kaitannya dengan pikiran para filsuf.
Sebagai contoh, Plato membuat buku “Republika” yang berbicara mengenai ketatanegaraan. Sehingga praktek pertama ketatanegaraan adalah pada jaman Yunani Kuno. Hai ini dulu masih bersifat netral dan tidak terbebani oleh politik-politik tertentu, jadi bersifat merdeka. Antara ide dengan kekuatan itu merupakan pertemuan antara pikiran dengan  pengalaman, sehingga kekuatan yang didukung oleh tentara atau kekuatan Negara itu  bisa to direct atau determine, kemudian bisa menentukan apa yang diinginkan. Salah satu kebenaran berbunyi bahwa bumi itu merupakan pusat alam semesta. Sehinggan ketika ada revolusi Copernicus maka yang mengatakan bahwa bumi bukan sebagai pusat, tetapi matahari adalah sebagai pusat maka sungguh sesuatu yang sangat luar biasa, karena meruntuhkan kredibilitas, maka kalau bisa ini diberantas supaya tidak berkembang, tapi pemikiran itu bisa lari secepat angin, tidak serta merta bisa dibasmi begitu saja. Dan sampai sekarang dikenal bahwa pusat tata surya itu bukan bumi, tetapi matahari. Bumi itu hanya berputar pada porosnya, bumi mengalami rotasi dan revolusi, bumi itu mengelilingi matahari. Itu merupakan suatu contoh mengenai betulnya suatu pengetahuan.
Kembali pada masalah perkembangan filsafat, ketika jaman modern itu diawali oleh revolusi Copernicus itu merupakan landasan untuk jaman modern. Yang disebut kaum Empiris itu banyak sekali, ada Empiris daratan Eropa ada Empiris daratan Inggris, tokohnya berbeda-beda, juga ada Rasionalis yang di Inggris maupun di Eropa, walaupun tokoh Rasionalis adalah orang Perancis misalnya. Tapi kalau kita lihat kembali, perkembangan filsafat atau lajunya dinamika itu juga terjadi sejarah peradaban manusia dengan berbagai macam keadaan atau naik turunnya pergaulan antar bangsa, misalnya perang Khalid (perang antara orang Islam dengan Eropa) itu membawa dampak yang luar biasa yaitu tersosialisasinya ilmu atau menyebarnya ilmu pengetahuan. Pertama-tama bahwa ajaran Yunani Kuno itu dibawa oleh orang-orang Islam ke timur dan dipelajari di sana. Sementara semangatnya pada saat itu karena dominasi gereja itulah maka filsafat Yunani itu dianggap bertentangan dengan gereja. Maka orangnya pun dikejar dan bukunya pun dibakar. Sehingga setelah usai jaman gelap terjadi peperangan kembali dan dunia timur bisa dikalahkan maka ditemukan kembali buku-bukunya Plato dan buku-bukunya Aristoteles, maka dibangkitkan kembali filsafat Yunani Kuno, dalam hal ini peran daripada orang-orang Islam adalah yang memelihara filsafat Yunani kuno, kemudian pada saat yang tepat orang-orang Eropa bisa membacanya kembali, ditambah filsafatnya bangsa Islam termasuk teknologinya. Sehingga pertanyaannya kemudian ialah kenapa bangsa Eropa menjadi bangsa yang relatif menang dalam hal teknologi. Salah satu contohnya membuat rumah saja penuh dengan teknologi.
Definisi ilmu itu tergantung dunianya. Ada lima dunia ; kaum industry, kaum konservatif, kaum humanis (old humanis), kaum sosiokontraktif, kaum progresif (kaum education is for all society). Kaum industry, kaum konservatif dan kaum humanis (old humanis) mendefinisikan matematika sebagai body of knowledge, sebagai structure of knowledge. Jadi para mathematicism itu adalah para prajurit-prajuritnya kaum Industrialisasi ini. Jika kita berpikir seperti Pure Mathematicism ketika menghadapi murid-murid, berarti kita adalah prajurit-prajuritnya kaum Industrialisasi yang siap mencabut intuisinya para siswa, itulah yang bikin tragis, tetapi kaum Sosiokontraktif dan kaum Progresif (kaum education is for all society) mendefinisikan matematika sebagai kegiatan, bahkan kegiatan sosial. Tugas guru adalah bagaimana caranya agar intuisi siswa itu tidak hilang, karena intuisi adalah 80% dari hidup kita.
Bagi Industrialisasi, Konservatif dan Old Humanis yang namanya ujian itu adalah eksternal tes atau ujian nasional, sedangkan bagi Progresif dan kaum education is for all society, yang namanya evaluasi adalah portofolio. Beda sekali mendefinisikannya. Dan orang-orang New Zeland dan orang-orang Inggris sangat menolak ujian nasional. Teknologi itu harus ada segmennya. Itulah yang dalam filsafat disebut dunia makro. Kalau dunia mikro tidak lain tidak bukan adalah diriku sendiri.
Hebatnya orang berfilsafat itu yaitu mampu mentrasformir dunia, menembus ruang dan waktu. Old Humanis itu artinya tidak berpusat pada Tuhan, tetapi berpusat pada manusia. Lain dengan Humaniora yang berarti sifat-sifat manusiawi, tapi kalau Humanis itu yang bersifat berpusat pada diri manusia, ini tidak baik menurut orang yang berpusat pada Tuhan. Hal ini jika dilihat dari segmen sisi pendidikan.
Indonesia sekarang ini sudah terjebak dalam skema Kapitalis, Pragmatis, Utilitarian, Hedonis, atau sang Powernow. Jadi kalau ingin membaca riwayat hidup Indonesia di waktu yang akan datang maka bacalah riwayat hidup Amerika. Karena Amerika itu adalah tokoh dan sponsornya Powernow. Indonesia sekarang ini berada pada fase dimana lebih suka dengan sensasi, itu baik atau buruk tidak peduli. Kaitannya dengan artis yang turun ke dunia politik itu fenomenanya bisa dikatakan sebagai kekecewaan masyarakat terhadap situasi, atau bisa juga diistilahkan sebagai “nglulu”. Intuisi itu sangat penting sekali. Ada intuisi ruang ada intuisi waktu. Intuisi ruang miaslnya panjang, pendek, besar, kecil, jauh, dekat. Belajar intuisi itu dengan peragaan, tidak perlu mendefinisikan.

Jumat, 16 November 2012

REFLEKSI PERKULIAHAN FILSAFAT ILMU (Senin, 12 November 2012)


INTUISI RUANG DAN WAKTU
Yang dimaksud dengan ruang dalam filsafat meliputi ruang kongkrit, ruang formal, ruang normative maupun ruang spiritual. Ada spiritual material, spiritual formal, spiritual normative dan spiritual spiritual. Mengenai pemahaman ruang, ruang material hanya dipahami oleh orang awam, orang-orang muda dan anak-anak. Cara mengenal ruang secara intuisi, cara mengekstensifkan yaitu dengan menggunakan bahasa analog, cara mengintensifkan yaitu menggunakan anstraksi dan reduksi. Kalau di ekstensifkan dalam bentuk analog maka ruang itu ruang material, kemudian kita menemukan bahwa ruang itu meliputi ruang material, ruang formal, dan ruang normative. Ruang normative ialah ruang di dalam pikiran sendiri-sendiri, yaitu bahwa ruang material, formal, normative, dan spiritual itu adalah ruang normative, hanya ada di dalam pikiran. Ruang itu sendiri adalah intuisi. Ruang materialpun sebetulnya hanya ada dalam pikiran. Maka intuisi dari ruang adalah intuisi dari intuisi. Maka kita masing-masing mempunyai ruang yang ada dan yang mungkin ada yang tak terhingga banyaknya. Setiap yang ada dan yang mungkin ada itu sebetulnya adalah ruang.
Ruang itu sebetulnya adalah wadah dan isi. Untuk memahami wadah maka pahamilah dengan isinya, untuk memahami isi maka pahamilah dengan wadahnya. Ruang itu sebetulnya adalah intuisi, kalau dia sebagai objek maka dia adalah wadah beserta isinya. Ruang tidak mungkin tidak punya isi, dan tidak mungkin tidak punya wadah. Sebenar-benar orang berilmu kalau dia sungkan terhadap ruang dan waktu.
Dalam ilmu pendidikan ruang dikatakan klasifikasi, dalam filsafat dikatakan kategori. Maka karakter matematika salah satunya ialah terampil menggolong-golongkan, karakter filsafat ialah paham akan kategori, kategori itu adalah ruang itu sendiri, ilmu adalah ilmu itu sendiri, tiada ilmu tanpa kategori. Sehingga setiap orang mempunyai ruang dan waktunya masing-masing meliputi yang ada dan yang mungkin ada, maka dikatakan ada  yang namanya standar (dalam politik pendidikan misalnya). Maka ada yang sama dalam pikiranmu dan pikiranku ialah yang sama meliputi karakter­-karakter ruang dan waktu, maka ada isomorpisme. Jikalau kemudian aku mampu membentuk suatu sistim di dalam pikiranku makan engkau pula mampu membentuk sistim berpikir, maka ada wadah dan isi yang sama antara diriku dan dirimu, itulah disebut isomorpisme. Pikiranku yang membangun sistim itu disebut arsitektur. Maka ada pola-pola hubungan atau interaksi antara ruang yang satu dan ruang yang lain. Maka yang menembus ruang dan waktu adalah dirimu, siapakah dirimu ternyata dirimu itu berdimensi. Dirimu secara material adalah dirimu yang kongkrit, dirimu secara formal adalah tulisanmu, dirimu secara normative adalah pikiranmu, dirimu secara spiritual adalah doa dan amal perbuatanmu.
Yang ada dan yang mungkin ada di dalam waktu bisa berurutan, berkelanjutan, dan bisa berkesatuan. Dan dalam ruang diaksiomakan sebagai n menuju tak berhingga. Intuisi bisa di awal, di tengah, dan di akhir. Maka intuisi orang-orang yang berpengalaman berbeda dengan intuisinya orang-orang yang tidak berpengalaman.
Da’jal adalah sistim yang tidak kita kehendaki. Kaum kapitalis itu sebenarnya da’jal bagi  yang menjunjung tinggi spiritualism. Karena kaum tersebut yang didalamnya ada kapitalis, pragmatism, utilitarial, dan hedonism itu empat serangkai yang meletakkan spiritual di tengah, maka ini tidak terkendali.
Pengertian stigma itu secara umum sebetulnya keadaan buruk yang menimpa kemudian kita tidak mau lagi mengingatnya. Contoh stigma yang pernah dialami bangsa Indonesia adalah penjajahan PKI. Ada subjek kuasa satu, subjek kuasa satu ini memerlukan filsafat untuk memperlancar tugas-tugasnya/ mempertahankan kekuasaannya. Begitu ada pergantian dari subjek satu ke subjek dua ada sesuatu yang berbeda, adanya ketidak adilan dari objek kuasa. Jadi stigma itu sebagai suatu filsafat, tapi filsafat yang sudah bermuatan motif tertentu.
Cara agar kita selalu mampu menyelaraskan ucapan perkataan dengan tindakan kita yaitu satukanlah hati, pikiran, ucapan dan tindakan di akhirat, selama di dunia kita hanya berusaha, kecuali para Nabi. Pikiran dengan perkataan saja beda, kata-kata itu merupakan reduksi dari pikiran kita, jadi tidak bisa dibandingkan pikiran yang banyaknya tak berhingga dengan kata-kata yang sangat terbatas banyaknya, tetapi dalam filsafat bukan seperti itu. Yang dimaksud adalah bagaimana kita bersikap bijaksana, maka orang yang bijaksana adalah orang yang berilmu. Jadi cara agar kita selalu mampu menyelaraskan ucapan perkataan dengan tindakan kita adalah carilah ilmu, karena hanya orang berilmulah yang bisa.
Intuisi dalam infinit regres adalah termasuk mempunyai kekuatan untuk mampu memahami, apa sebetulnya yang disebut dengan infinit regres. Infinit regres sebetulnya adalah lingkaran, tidak ada ujung dan akhirnya. Bagaimana caranya mengetahui? Yaitu dengan intuisi.

Sabtu, 22 September 2012

REFLEKSI PERKULIAHAN 3 (Senin, 17 September 2012)


ALANGKAH LUASNYA BERFILSAFAT
Filsafat disebut ibu dari ilmu pengetahuan Karena obyek filsafat meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada. Jika tidak ada itu ada adakah yang tidak ada? Sebenarnya kata-kata ada tidak ada itu untuk mempertajam dan membisakan olah pikir kita, artinya tidak terlalu penting jawaban anda itu ada atau tidak ada, yang penting itu mengapanya. Tidak ada itu ada. Jelas, itu bisa diomongkan, apalagi dipikirkan, sangat bisa.
Ada dua sistem waktu, series B itu sebelum, sesudah. Series A itu kemaren, sekarang, yang akan datang. Kita tidak mungkin menunjuk waktu yang sekarang, karena belum selesai kita menunjuk waktu sudah berubah menjadi lampau, karena waktu lampau dan yang akan datang itu menjadi satu kesatuan, tidak bisa dipisah-pisah. Dengan kecepatan cahaya sekalipun kita tidak akan bisa menunjuk waktu yang sekarang, maka waktu yang sekarang itu didefinisikan dengan waktu yang lampau dan waktu yang akan datang. Implementasinya ialah kita hidup itu tidak bisa terputus dari waktu lampau, sekarang, dan yang akan datang. Ingatan-ingatan kita suatu saat pasti akan muncul, tidak bisa dilupakan. Oleh karena itu kejadian/keadaan hidup itu bermacam-macam dikaitkan dengan waktu, atau gejala fenomena pada kehidupan sehari-hari, yaitu kejadian hidup yang sehat, kalau kita bicara hidup yang sehat, filsafat yang sehat. Kalau kita belum baca elegi berarti kita tidak sehat, grafiknya tidak sehat. Tanda hidup yang sehat adalah bertahap, yang halus, yang smooth, gradual. Hidup yang tidak sehat adalah hilang tanpa kabar, tidak ada berita. Kondisi yang tidak sehat itu bisa diatasi dengan berkomunikasi. Missing link itu juga menyebabkan kondisi tidak sehat, hidup tidak sehat, filsafat tidak sehat.
Dejavu itu mirip seperti mimpi, ada gejala-gejala apa itu mimpi, dan sebagainya. Kalau itu bisa kita pakai dengan metode ilmiah ya gunakan metode ilmiah, kalau perlu menggunakan laboratorium, di laboratorium fisika, laboratorium kimia. Atau gunakan hipotetical analisis. Penggunaan hipotetical analisis itu tergantung orangnya,kalau orangnya sudah punya pengalaman itu namanya refleksi, tapi kalau belum punya pengalaman itu sebetulnya ngawur. Dunia metode, dunia pendekatan itu adalah epistemology, atau genetic epistemology, yaitu mempelajari mimpi berdasarkan kerja otak, otaknya dipelajari strukturnya, cara kerjanya, responnya, segala macam dipelajari semua. Kalau dia sedang sedih otaknya seperti apa, sedih seperti apa, tanggal muda seperti apa. Itu berdasarkan karakter otak, dan itu tidak ada yang menjamin bahwa itu benar, semuanya hanya hipotetical saja (berdasarkan penelitian-penelitian saja). Apakah mimpi yang contohnya mimpi digigit ular itu dikaitkan dengan sesuatu yang ilham? Mimpi itu sama dengan ilham (ilham yaitu pencerahan sekonyong-konyong, jelas secara tiba-tiba, yang bersangkutan tidak bisa menjelaskan). Ruh dilihat dari sisi konsep, dia adalah pikiran kita, pikiran manusia untuk menggambarkan, membedakan antara orang hidup dan orang mati, ini secara filsafat. Kalau secara spiritual buka kitab sucinya, bagaimana kitab suci itu bicara tentang ruh. Sehingga berbagai macam jenis pengalaman manusia itu kadang-kadang dejavu.
Apa fungsi kebimbangan dalam hidup? Bimbang harus dibagi menjadi dua, bimbang di dalam pikiran dan bimbang di dalam hati. Dalam pikiran silahkan kembangkan kebimbangan anda, carilah sebanyak-banyak kebimbangan, karena itu adalah awal daripada pengetahuanmu, tapi janganlah kau biarkan kebimbangan walaupun satu di dalam hatimu. Karena satu kebimbangan di dalam hatimu adalah seekor setan. Pribadi yang tangguh adalah pribadi yang selalu berikhtiar menggapai harmoni, yang dinamis, yang fleksibel, sesuai dengan konteksnya, dan kreatif, tidak berhenti selalu mencari metode. Maka pribadi yang tangguh adalah pribadi yang hermenetika, yang hidupnya menggunakan metode-metode hidup. Ciri-ciri metode hidup adalah akan menghasilkan sifat-sifat yang harmoni, sifat-sifat yang sehat. Ibarat gangsingan, yang keras sekali berputarnya, ditendang ke sana pun masih muter lagi. Itu kita meniru alam, karena bumi itu sebetulnya adalah pribadi yang tangguh. Kenapa bumi itu tangguh dan hidup? Karena dia berikhtiar. Bumi itu berputar pada porosnya dan juga berevolusi mengelilingi matahari. Seperti itulah maka bumi sebetulnya menggapai harmoni, maka Tuhan telah menciptakan makhluk apapun yang diciptakan sebesar-besar maslahat untuk kepentingan manusia agar bisa meniru metode hidup, hidupnya alam semesta ini. Maka dalam bahasa jawa ada ajaran-ajaran namanya Astabrata, misalnya, watak ing bumi seperti apa, watak ing bulan seperti apa, watak ing srengenge seperti, benda-benda yang ada semua mempunyai sifat. Maka pimpinan itu harus mempunyai watak Astabrata itu, sifat bumi, sifat matahari, sifat rembulan, sifat angin, sifat tanah, sifat laut, dst. Pribadi yang tangguh tidak bersifat berhenti, tetapi bersifat berjalan. Sesuatu yang berhenti adalah melawan kodrat.
Segala macam ilmu-ilmu itu muncul setelah era Auguste Comte, ilmu alam dengan pengetahuan alam itu lain, kalo ilmu bersifat struktur kalau pengetahuan bersifat singular.  Singular itu pengetahuan satu, pengetahuan dua, pengetahuan tiga, dst, kalo ilmu pengetahuan itu satu dengan yang lain terstruktur dalam wadahnya dan saling terrelasi. Obyek-obyek yang pertama dipelajari orang adalah obyek alam.
Bagaimana hakekat membedakan orang yang satu dengan orang yang lain? Elegi itu selalu  mencari harmoni, pemberontakan para beda itu selalu ada sampingnya pemberontakan para sama. Pemberontakan yang lain diimbangi dengan pemberontakan yang lain, demikian seterusnya, supaya yang satu ada tesis, yang lain ada antitesisnya. Hakekat orang satu dengan orang yang lain itu berdimensi. Yang membedakan setiap ada dan yang mungkin ada pada dirimu itu berpotensi mebedakan yang ada dan yang mungkin ada terhadap diriku. Ada itu salah satunya dilihat dari potensi. Misalnya kamu ada duit, artinya ada potensi untuk membeli, dll. Jd hakekatnya itu berdimensi mulai dari materialnya, bentuk normalnya, normatifnya, sampai pada spiritualnya. Jangankan diri saya dengan orang lain. Diriku dengan diriku yang tadi pun kita mampu membedakannya, dan itu juga berdimensi. Diriku yang tadi dilihat dari sisi materinya, tekanan darahnya,  dll.
Perbedaan dari berpikir biasa, berpikir ilmiah, dan berpikir filsafat diuraikan sebagai berikut.  Berpikir biasa itu berpikir orang awam, disana itu mix, campur, sumbernya juga campur, orangnya campur, idenya campur, itu namanya common sense. Berpikir ilmiah yang membedakan obyek dan metodenya, kalo berpikir filsafat yg membedakan juda obyek dan metodenya. Berpikir biasa itu biasanya tidak sistematis, misalnya kalau saya ktemu dengan teman lama, dia kalau bercerita lama sekali, atau tidak fokus. Orang yang berpikir common sense itu tidak berpola, sedangkan kalo berpikir ilmiah itu polanya diperkuat oleh logikanya dan evidence. Berpikir filsafat itu merangkum semua metode yang ada, dan berfikir filsafat itu tidak lain tidak bukan adalah filsafat ilmu, atau epistemologi. Berpikir filsafat itu tidak bisa lepas dari macam2 pengetahuan, kemudian bagaimana membenarkannya, bagaimana referensinya, bagaimana perkembangannya, dan seterusnya. Sedangkan untuk common sense itu biasanya percakapan dalam kualitas satu, kualitas metafisik, misalnya saya melihat dirimu hanya karena warna baju. Kualitas kedua adalah mengapa. Common sense itu biasanya jarang kepada sampai mengapa. Kalo dalam filsafat itu artinya potensi untuk menggali kualitas pertama, kedua, ketiga, keempat, artinya metafisik. Common sense itu adalah bahasa yang mudah dipahami, dan elegi itu adalah common sense. Maka ukuran berfilsafat seseorang, apakah seseorang mampu berelegi atau belum, diukur dari apakah dia sudah mampu memperbincangkannya dengan bahasa common sense atau belum. Kalau bahasa anda masih sulit diterima oleh orang awam, itu anda masih problematik, masih bermasalah dalam berfilsafat.
Perbedaan dari kejaiban dan mukjizat hidup dijaleskan sebagai berikut. Sesuatu keajaiban itu adalah suatu kejadian positif yang tidak bisa dijelaskan, di luar akal dan pikiran, itu lebih dari sekedar gambling. Mukjizat itu dikonotasikan munculnya itu dari atas, dari Tuhan YME. Mukjizat itu pasti ajaib, tapi ajaib belum tentu mukjizat.
Keberadaan tidak ada itu penting sekali, contohnya ruang hampa udara, manfaatnya dengan hubungannya dengan teknologi. Sebagai contoh, kalau di candi Borobudur itu paling tinggi ada stupa itu isinya tidak ada apa-apanya. Ketidak adaan itu penting. Antara tidak ada dan ada itu ada apa? Itu merupakan pertanyaan filsafat.
Setinggi-tinggi dimensi filsafat masih kalah dengan dimensi spiritual, karena setinggi-tinggi dimensi filsafat dia masih berpikir, masih menggunakan olah pikir. Ketika engakau masih menggunakan pikiranmu, jangan harap doamu khusu’. Ketika kita sedang berdoa, itulah saatnya pikiran kita harus berhenti. Setinggi-tinggi dimensi berfilsafat itu kalau seseorang itu sudah mampu  membangun dunianya, dunia pengetahuannya.  Dan membangun dunia itu tidak bisa lepas, karena manusia itu tidak steril, manusia tidak lepas dari sejarah masa lampaunya, maka membangun hidup atau membangun filsafat anda itu merupakan rangkaian, tali temali, yang pilar-pilarnya adalah pendapat para filsuf, dan anda harus dapat menguraikan setiap hal yang ada dan yang mungkin ada di dalam hidup anda, mulai dari sejarahnya, tokohnya, dan perkembangannya seperti apa dalam perjalanan, dan seterusnya.  Kalau saya bersikap ini berarti saya skeptisism, misalnya. Apa itu skeptisism? Tokohnya adalah Rene Descartes. Skeptisism itu sebenarnya sejak dulu sudah ada, soalnya Socrates itu juga skeptis, karena Socrates selalu bertanya.
Hubungan antara ilmu filsafat dengan ilmu bidang itu hubungan ontologis, hubungan epistemologis, hubungan aksiologis, hubungannya ya berfilsafat. Hubungan aksiologis itu hubungan hakikinya apa, berfilsafat adalah olah pikir, semua ilmu pasti menggunakan oalh pikir. Maka, filsafat itu  jelas berhubungan antologis, berhubungan hakikinya dengan ilmu-ilmu yang menggunakan olah pikir. Berfilsafat itu berpikir yang refleksif.
Berfilsafat itu adalah berusaha untuk mengenal diri sendiri. Dan tidaklah ada orang yang benar-benar kenal diri sendiri, yang ada hanya berusaha mengenal saja. Karena ciptaan tuhan itu misteri. Kalau anda kenal dirimu sendiri berarti anda harus bisa menjelaskan ruh mu, seperti apa. Penjelasanmu itu pertanda engkau kenal. Maka sebenar-benar kenal itu adalah penjelasannya. Sebenar-benar filsafatmu itu adalah komen-komenmu atau tulisan-tulisanmu. Maka 1001 jawaban masih kurang untuk mendefinisikan sesuatu. Kita tidak akan pernah selesai mendefinisikan diriku sendiri, maka kita juga tidak akan pernah selesai mengenali diriku sendiri, apalagi orang lain. Sebenarnya seseorang itu mampu mendifinisikan sifat, tetapi itu tidak akan pernah selesai. Jika ada pertanyaan bisa tidak kamu memikirkan sesuatu yang tidak bisa kamu pikirkan, jawabannya adalah tidak penting jawabnya bisa atau tidak bisa, yang penting adalah penjelasannya. Karena sebenar-benar filsafat adalah penjelasanmu itu.
Punakawan, yaitu semar, bagong, petruk, gareng. Punokawan itu penyelaras dan pemerjelas. Artinya, makna kesatria pandawa (janaka, werkudoro, dll) itu tidak punya makna yang bagus yang bisa diketahui khalayak ramai kalau tidak ada punokawan. Karena punokawan itu bahasa common sense. Sedangkan kesatria itu  bahasanya formal. Punokawan itu adalah material, materialnya formal, normatif, spiritual. Punokawannya itu dari material sampai kepada spiritualnya. Maka untuk dalang-dalang tertentu di area resmi itu tidak muncul punokawannya, tapi untuk dalang-dalang yang hebat bisa memperbincangkan sehingga punokawan masuk, bahkan bisa sendau gurau dengan raja, itu keunggulan. Jadi kalo dari sisi filsafatnya punokawan itu material, penyelaras, dan pembuat harmoni. Dan itulah hermenetika, karena  dengan punokawan dia menerjemahkan dan diterjemahkan menjadi sangat bagus dan sangat lancar (30.50). Maka punokawan itu hermenetika di dalam perwayangan.
Ganda mengandung pengertian dunia yang terbelah, dunia hitam dan dunia putih jadi satu. Maka biasanya keadaan-keadaan yang tidak sehat dalam hidup kita adalah keadaan-keadaan di perbatasan. Pentingnya hermenetika, yaitu hidup menggunakan metode hidup, apapun yang kita persoalkan. Kepribadian ganda itu disebabkan oleh banyak hal, biasanya gocangan-goncangan, atau disharmoni. Bisa juga disebabkan karena potensi orang lain yang sangat kuat (diterminasi). Power of mind yaitu apa yang ada dalam pikiran, kalau mau jadi laki-laki ya jadi laki-laki, kalau mau jadi perempuan ya jadi perempuan.