Minggu, 25 November 2012

REFLEKSI PERKULIAHAN FILSAFAT ILMU 19 NOVEMBER 2012


MENCOBA MENARIK BENANG MERAH FILSAFAT
Kita tidak harus mengetahui matematika dengan sangat mendalam untuk mengerti filsafat matematika, tapi kalau terlalu sedikit juga tidak baik. Seseorang jika sudah purna dalam ilmu bidang maka ada kekurangannya, yaitu ketidakfleksibilitasnya menjadi rendah di dalam merefleksikan ilmunya. Di dalam mempelajari filsafat ternyata yang perlu direfleksikan itu banyak hal, dan hal yang ada dan yang mungkin ada itu berdimensi, sehingga dalam menjawab pertanyaan siapakah diriku, maka diriku itu berdimensi, diriku ketika kapan, diriku ketika dimana, diriku dalam ruang dan waktunya yang apa. Diriku yang relative dan diriku yang absolute itu semuanya ada di dalam filsafat.
Berfilsafat itu menggunakan metode hidup, yaitu hermenetika dengan adanya metode spiral, seperti lingkaran kemudian ditambah unsur garis lurus sehingga menjadi spiral, maka bersifat terus berulang dan dikembangkan. Apakah sebetulnya filsafat, mungkin kita sampai sekarang belum yakin betul untuk menjawabnya, karena kesadaran kita terhadap ruang dan waktunya filsafat. Tetapi kita bisa merunut dari awal sejarahnya. Berfilsafat itu modalnya adalah critical thinking (berpikir kritis), dengan menggunakan pikiran, karena berfilsafat adalah olah pikir. Hanya kita buktikan bahwa berpikir itu banyak sekali dimensinya dan banyak sekali hubungannya, terbukti di dalam elegi-elegi Prof. Marsigit, bagaimana beliau menghubung-hubungkan pikiran dengan hati, kemudian bagaimana menerapkan pikiran untuk memahami segala sesuatunya di dalam ruang dan waktunya sehingga harapannya yaitu melalui berfilsafat kita dapat memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada di dalam ruang lingkup yang kita pikirkan. Misalnya jika yang kita bicarakan tentang pendidikan matematika, maka ruang yang satu dengan yang lainnya itu saling berpotong-potongan. Pendidikan matematika dalam arti materialnya artinya satu sisi terdapat ruang pendidikan matematika, dimana ruang sebelahnya adalah pendidikan sains, ruang pendidikan IPS, dan lain sebagainya. Tapi di dalamnya itu atau di dalam ruang-ruang itu bisa kita berikan dimensi baru yaitu ruang material, formal, normative dan spiritual, dan juga ruang-ruang yang lain, misalnya ruang archaic, ruang politik, ruang diri, ruang subyektif, ruang universal, ruang kuantitatif, ruang kualitatif dsb.
Fungsi karakter matematika di sekolah adalah mengajarkan tentang kesadaran klasifikasi/ penggolong-golongan, hal ini dipandang dari sisi filsafat sangat mudah karena penggolong-golongan adalah kategori. Kategori sangat penting, tiadalah kesadaran kita terlepas dari kategori. Pengetahuan dan ilmu itu adalah merupakan kategori. Tanpa kategori kita tidak mampu berpikir dan tidak bisa hidup. Kategori itu merupakan salah satu bentuk dari intuisi ruang. Dalam kuliah SMA atau S1 mereka membaca buku-buku filsafat, bisa sumber primer, skunder maupun tersier. Jadi kita sudah belajar filsafat dari perkembangannya mulai jaman Yunani Kuno dulu. Wajar kalau yang menjadi fokus adalah segala benda yang berada di luar dirinya. maka dia selalu tertarik segala sesuatu itu dibuat dari apa dan unsur dasarnya apa. Maka mulailah pemikiran-pemikiran untuk menggali unsur-unsur  benda yang ada di bumi ini. Maka muncullah pemikir-pemikir dengan berbagai teori. itulah kaitannya dengan pikiran para filsuf.
Sebagai contoh, Plato membuat buku “Republika” yang berbicara mengenai ketatanegaraan. Sehingga praktek pertama ketatanegaraan adalah pada jaman Yunani Kuno. Hai ini dulu masih bersifat netral dan tidak terbebani oleh politik-politik tertentu, jadi bersifat merdeka. Antara ide dengan kekuatan itu merupakan pertemuan antara pikiran dengan  pengalaman, sehingga kekuatan yang didukung oleh tentara atau kekuatan Negara itu  bisa to direct atau determine, kemudian bisa menentukan apa yang diinginkan. Salah satu kebenaran berbunyi bahwa bumi itu merupakan pusat alam semesta. Sehinggan ketika ada revolusi Copernicus maka yang mengatakan bahwa bumi bukan sebagai pusat, tetapi matahari adalah sebagai pusat maka sungguh sesuatu yang sangat luar biasa, karena meruntuhkan kredibilitas, maka kalau bisa ini diberantas supaya tidak berkembang, tapi pemikiran itu bisa lari secepat angin, tidak serta merta bisa dibasmi begitu saja. Dan sampai sekarang dikenal bahwa pusat tata surya itu bukan bumi, tetapi matahari. Bumi itu hanya berputar pada porosnya, bumi mengalami rotasi dan revolusi, bumi itu mengelilingi matahari. Itu merupakan suatu contoh mengenai betulnya suatu pengetahuan.
Kembali pada masalah perkembangan filsafat, ketika jaman modern itu diawali oleh revolusi Copernicus itu merupakan landasan untuk jaman modern. Yang disebut kaum Empiris itu banyak sekali, ada Empiris daratan Eropa ada Empiris daratan Inggris, tokohnya berbeda-beda, juga ada Rasionalis yang di Inggris maupun di Eropa, walaupun tokoh Rasionalis adalah orang Perancis misalnya. Tapi kalau kita lihat kembali, perkembangan filsafat atau lajunya dinamika itu juga terjadi sejarah peradaban manusia dengan berbagai macam keadaan atau naik turunnya pergaulan antar bangsa, misalnya perang Khalid (perang antara orang Islam dengan Eropa) itu membawa dampak yang luar biasa yaitu tersosialisasinya ilmu atau menyebarnya ilmu pengetahuan. Pertama-tama bahwa ajaran Yunani Kuno itu dibawa oleh orang-orang Islam ke timur dan dipelajari di sana. Sementara semangatnya pada saat itu karena dominasi gereja itulah maka filsafat Yunani itu dianggap bertentangan dengan gereja. Maka orangnya pun dikejar dan bukunya pun dibakar. Sehingga setelah usai jaman gelap terjadi peperangan kembali dan dunia timur bisa dikalahkan maka ditemukan kembali buku-bukunya Plato dan buku-bukunya Aristoteles, maka dibangkitkan kembali filsafat Yunani Kuno, dalam hal ini peran daripada orang-orang Islam adalah yang memelihara filsafat Yunani kuno, kemudian pada saat yang tepat orang-orang Eropa bisa membacanya kembali, ditambah filsafatnya bangsa Islam termasuk teknologinya. Sehingga pertanyaannya kemudian ialah kenapa bangsa Eropa menjadi bangsa yang relatif menang dalam hal teknologi. Salah satu contohnya membuat rumah saja penuh dengan teknologi.
Definisi ilmu itu tergantung dunianya. Ada lima dunia ; kaum industry, kaum konservatif, kaum humanis (old humanis), kaum sosiokontraktif, kaum progresif (kaum education is for all society). Kaum industry, kaum konservatif dan kaum humanis (old humanis) mendefinisikan matematika sebagai body of knowledge, sebagai structure of knowledge. Jadi para mathematicism itu adalah para prajurit-prajuritnya kaum Industrialisasi ini. Jika kita berpikir seperti Pure Mathematicism ketika menghadapi murid-murid, berarti kita adalah prajurit-prajuritnya kaum Industrialisasi yang siap mencabut intuisinya para siswa, itulah yang bikin tragis, tetapi kaum Sosiokontraktif dan kaum Progresif (kaum education is for all society) mendefinisikan matematika sebagai kegiatan, bahkan kegiatan sosial. Tugas guru adalah bagaimana caranya agar intuisi siswa itu tidak hilang, karena intuisi adalah 80% dari hidup kita.
Bagi Industrialisasi, Konservatif dan Old Humanis yang namanya ujian itu adalah eksternal tes atau ujian nasional, sedangkan bagi Progresif dan kaum education is for all society, yang namanya evaluasi adalah portofolio. Beda sekali mendefinisikannya. Dan orang-orang New Zeland dan orang-orang Inggris sangat menolak ujian nasional. Teknologi itu harus ada segmennya. Itulah yang dalam filsafat disebut dunia makro. Kalau dunia mikro tidak lain tidak bukan adalah diriku sendiri.
Hebatnya orang berfilsafat itu yaitu mampu mentrasformir dunia, menembus ruang dan waktu. Old Humanis itu artinya tidak berpusat pada Tuhan, tetapi berpusat pada manusia. Lain dengan Humaniora yang berarti sifat-sifat manusiawi, tapi kalau Humanis itu yang bersifat berpusat pada diri manusia, ini tidak baik menurut orang yang berpusat pada Tuhan. Hal ini jika dilihat dari segmen sisi pendidikan.
Indonesia sekarang ini sudah terjebak dalam skema Kapitalis, Pragmatis, Utilitarian, Hedonis, atau sang Powernow. Jadi kalau ingin membaca riwayat hidup Indonesia di waktu yang akan datang maka bacalah riwayat hidup Amerika. Karena Amerika itu adalah tokoh dan sponsornya Powernow. Indonesia sekarang ini berada pada fase dimana lebih suka dengan sensasi, itu baik atau buruk tidak peduli. Kaitannya dengan artis yang turun ke dunia politik itu fenomenanya bisa dikatakan sebagai kekecewaan masyarakat terhadap situasi, atau bisa juga diistilahkan sebagai “nglulu”. Intuisi itu sangat penting sekali. Ada intuisi ruang ada intuisi waktu. Intuisi ruang miaslnya panjang, pendek, besar, kecil, jauh, dekat. Belajar intuisi itu dengan peragaan, tidak perlu mendefinisikan.

Jumat, 16 November 2012

REFLEKSI PERKULIAHAN FILSAFAT ILMU (Senin, 12 November 2012)


INTUISI RUANG DAN WAKTU
Yang dimaksud dengan ruang dalam filsafat meliputi ruang kongkrit, ruang formal, ruang normative maupun ruang spiritual. Ada spiritual material, spiritual formal, spiritual normative dan spiritual spiritual. Mengenai pemahaman ruang, ruang material hanya dipahami oleh orang awam, orang-orang muda dan anak-anak. Cara mengenal ruang secara intuisi, cara mengekstensifkan yaitu dengan menggunakan bahasa analog, cara mengintensifkan yaitu menggunakan anstraksi dan reduksi. Kalau di ekstensifkan dalam bentuk analog maka ruang itu ruang material, kemudian kita menemukan bahwa ruang itu meliputi ruang material, ruang formal, dan ruang normative. Ruang normative ialah ruang di dalam pikiran sendiri-sendiri, yaitu bahwa ruang material, formal, normative, dan spiritual itu adalah ruang normative, hanya ada di dalam pikiran. Ruang itu sendiri adalah intuisi. Ruang materialpun sebetulnya hanya ada dalam pikiran. Maka intuisi dari ruang adalah intuisi dari intuisi. Maka kita masing-masing mempunyai ruang yang ada dan yang mungkin ada yang tak terhingga banyaknya. Setiap yang ada dan yang mungkin ada itu sebetulnya adalah ruang.
Ruang itu sebetulnya adalah wadah dan isi. Untuk memahami wadah maka pahamilah dengan isinya, untuk memahami isi maka pahamilah dengan wadahnya. Ruang itu sebetulnya adalah intuisi, kalau dia sebagai objek maka dia adalah wadah beserta isinya. Ruang tidak mungkin tidak punya isi, dan tidak mungkin tidak punya wadah. Sebenar-benar orang berilmu kalau dia sungkan terhadap ruang dan waktu.
Dalam ilmu pendidikan ruang dikatakan klasifikasi, dalam filsafat dikatakan kategori. Maka karakter matematika salah satunya ialah terampil menggolong-golongkan, karakter filsafat ialah paham akan kategori, kategori itu adalah ruang itu sendiri, ilmu adalah ilmu itu sendiri, tiada ilmu tanpa kategori. Sehingga setiap orang mempunyai ruang dan waktunya masing-masing meliputi yang ada dan yang mungkin ada, maka dikatakan ada  yang namanya standar (dalam politik pendidikan misalnya). Maka ada yang sama dalam pikiranmu dan pikiranku ialah yang sama meliputi karakter­-karakter ruang dan waktu, maka ada isomorpisme. Jikalau kemudian aku mampu membentuk suatu sistim di dalam pikiranku makan engkau pula mampu membentuk sistim berpikir, maka ada wadah dan isi yang sama antara diriku dan dirimu, itulah disebut isomorpisme. Pikiranku yang membangun sistim itu disebut arsitektur. Maka ada pola-pola hubungan atau interaksi antara ruang yang satu dan ruang yang lain. Maka yang menembus ruang dan waktu adalah dirimu, siapakah dirimu ternyata dirimu itu berdimensi. Dirimu secara material adalah dirimu yang kongkrit, dirimu secara formal adalah tulisanmu, dirimu secara normative adalah pikiranmu, dirimu secara spiritual adalah doa dan amal perbuatanmu.
Yang ada dan yang mungkin ada di dalam waktu bisa berurutan, berkelanjutan, dan bisa berkesatuan. Dan dalam ruang diaksiomakan sebagai n menuju tak berhingga. Intuisi bisa di awal, di tengah, dan di akhir. Maka intuisi orang-orang yang berpengalaman berbeda dengan intuisinya orang-orang yang tidak berpengalaman.
Da’jal adalah sistim yang tidak kita kehendaki. Kaum kapitalis itu sebenarnya da’jal bagi  yang menjunjung tinggi spiritualism. Karena kaum tersebut yang didalamnya ada kapitalis, pragmatism, utilitarial, dan hedonism itu empat serangkai yang meletakkan spiritual di tengah, maka ini tidak terkendali.
Pengertian stigma itu secara umum sebetulnya keadaan buruk yang menimpa kemudian kita tidak mau lagi mengingatnya. Contoh stigma yang pernah dialami bangsa Indonesia adalah penjajahan PKI. Ada subjek kuasa satu, subjek kuasa satu ini memerlukan filsafat untuk memperlancar tugas-tugasnya/ mempertahankan kekuasaannya. Begitu ada pergantian dari subjek satu ke subjek dua ada sesuatu yang berbeda, adanya ketidak adilan dari objek kuasa. Jadi stigma itu sebagai suatu filsafat, tapi filsafat yang sudah bermuatan motif tertentu.
Cara agar kita selalu mampu menyelaraskan ucapan perkataan dengan tindakan kita yaitu satukanlah hati, pikiran, ucapan dan tindakan di akhirat, selama di dunia kita hanya berusaha, kecuali para Nabi. Pikiran dengan perkataan saja beda, kata-kata itu merupakan reduksi dari pikiran kita, jadi tidak bisa dibandingkan pikiran yang banyaknya tak berhingga dengan kata-kata yang sangat terbatas banyaknya, tetapi dalam filsafat bukan seperti itu. Yang dimaksud adalah bagaimana kita bersikap bijaksana, maka orang yang bijaksana adalah orang yang berilmu. Jadi cara agar kita selalu mampu menyelaraskan ucapan perkataan dengan tindakan kita adalah carilah ilmu, karena hanya orang berilmulah yang bisa.
Intuisi dalam infinit regres adalah termasuk mempunyai kekuatan untuk mampu memahami, apa sebetulnya yang disebut dengan infinit regres. Infinit regres sebetulnya adalah lingkaran, tidak ada ujung dan akhirnya. Bagaimana caranya mengetahui? Yaitu dengan intuisi.