MENCOBA
MENARIK BENANG MERAH FILSAFAT
Kita tidak harus
mengetahui matematika dengan sangat mendalam untuk mengerti filsafat
matematika, tapi kalau terlalu sedikit juga tidak baik. Seseorang jika sudah
purna dalam ilmu bidang maka ada kekurangannya, yaitu ketidakfleksibilitasnya
menjadi rendah di dalam merefleksikan ilmunya. Di dalam mempelajari filsafat ternyata
yang perlu direfleksikan itu banyak hal, dan hal yang ada dan yang mungkin ada
itu berdimensi, sehingga dalam menjawab pertanyaan siapakah diriku, maka diriku
itu berdimensi, diriku ketika kapan, diriku ketika dimana, diriku dalam ruang
dan waktunya yang apa. Diriku yang relative dan diriku yang absolute itu
semuanya ada di dalam filsafat.
Berfilsafat itu
menggunakan metode hidup, yaitu hermenetika dengan adanya metode spiral, seperti
lingkaran kemudian ditambah unsur garis lurus sehingga menjadi spiral, maka bersifat
terus berulang dan dikembangkan. Apakah sebetulnya filsafat, mungkin kita
sampai sekarang belum yakin betul untuk menjawabnya, karena kesadaran kita
terhadap ruang dan waktunya filsafat. Tetapi kita bisa merunut dari awal
sejarahnya. Berfilsafat itu modalnya adalah critical thinking (berpikir
kritis), dengan menggunakan pikiran, karena berfilsafat adalah olah pikir.
Hanya kita buktikan bahwa berpikir itu banyak sekali dimensinya dan banyak
sekali hubungannya, terbukti di dalam elegi-elegi Prof. Marsigit, bagaimana
beliau menghubung-hubungkan pikiran dengan hati, kemudian bagaimana menerapkan
pikiran untuk memahami segala sesuatunya di dalam ruang dan waktunya sehingga
harapannya yaitu melalui berfilsafat kita dapat memperbincangkan yang ada dan
yang mungkin ada di dalam ruang lingkup yang kita pikirkan. Misalnya jika yang
kita bicarakan tentang pendidikan matematika, maka ruang yang satu dengan yang
lainnya itu saling berpotong-potongan. Pendidikan matematika dalam arti
materialnya artinya satu sisi terdapat ruang pendidikan matematika, dimana
ruang sebelahnya adalah pendidikan sains, ruang pendidikan IPS, dan lain
sebagainya. Tapi di dalamnya itu atau di dalam ruang-ruang itu bisa kita
berikan dimensi baru yaitu ruang material, formal, normative dan spiritual, dan
juga ruang-ruang yang lain, misalnya ruang archaic, ruang politik, ruang diri,
ruang subyektif, ruang universal, ruang kuantitatif, ruang kualitatif dsb.
Fungsi karakter
matematika di sekolah adalah mengajarkan tentang kesadaran klasifikasi/
penggolong-golongan, hal ini dipandang dari sisi filsafat sangat mudah karena
penggolong-golongan adalah kategori. Kategori sangat penting, tiadalah
kesadaran kita terlepas dari kategori. Pengetahuan dan ilmu itu adalah merupakan
kategori. Tanpa kategori kita tidak mampu berpikir dan tidak bisa hidup. Kategori
itu merupakan salah satu bentuk dari intuisi ruang. Dalam kuliah SMA atau S1
mereka membaca buku-buku filsafat, bisa sumber primer, skunder maupun tersier.
Jadi kita sudah belajar filsafat dari perkembangannya mulai jaman Yunani Kuno
dulu. Wajar kalau yang menjadi fokus adalah segala benda yang berada di luar
dirinya. maka dia selalu tertarik segala sesuatu itu dibuat dari apa dan unsur
dasarnya apa. Maka mulailah pemikiran-pemikiran untuk menggali unsur-unsur benda yang ada di bumi ini. Maka muncullah pemikir-pemikir
dengan berbagai teori. itulah kaitannya dengan pikiran para filsuf.
Sebagai contoh, Plato
membuat buku “Republika” yang berbicara mengenai ketatanegaraan. Sehingga
praktek pertama ketatanegaraan adalah pada jaman Yunani Kuno. Hai ini dulu
masih bersifat netral dan tidak terbebani oleh politik-politik tertentu, jadi
bersifat merdeka. Antara ide dengan kekuatan itu merupakan pertemuan antara
pikiran dengan pengalaman, sehingga
kekuatan yang didukung oleh tentara atau kekuatan Negara itu bisa to
direct atau determine, kemudian
bisa menentukan apa yang diinginkan. Salah satu kebenaran berbunyi bahwa bumi itu
merupakan pusat alam semesta. Sehinggan ketika ada revolusi Copernicus maka yang mengatakan bahwa bumi bukan sebagai
pusat, tetapi matahari adalah sebagai pusat maka sungguh sesuatu yang sangat
luar biasa, karena meruntuhkan kredibilitas, maka kalau bisa ini diberantas
supaya tidak berkembang, tapi pemikiran itu bisa lari secepat angin, tidak
serta merta bisa dibasmi begitu saja. Dan sampai sekarang dikenal bahwa pusat
tata surya itu bukan bumi, tetapi matahari. Bumi itu hanya berputar pada
porosnya, bumi mengalami rotasi dan revolusi, bumi itu mengelilingi matahari.
Itu merupakan suatu contoh mengenai betulnya suatu pengetahuan.
Kembali pada masalah
perkembangan filsafat, ketika jaman modern itu diawali oleh revolusi Copernicus
itu merupakan landasan untuk jaman modern. Yang disebut kaum Empiris itu banyak
sekali, ada Empiris daratan Eropa ada Empiris daratan Inggris, tokohnya
berbeda-beda, juga ada Rasionalis yang di Inggris maupun di Eropa, walaupun
tokoh Rasionalis adalah orang Perancis misalnya. Tapi kalau kita lihat kembali,
perkembangan filsafat atau lajunya dinamika itu juga terjadi sejarah peradaban
manusia dengan berbagai macam keadaan atau naik turunnya pergaulan antar
bangsa, misalnya perang Khalid (perang antara orang Islam dengan Eropa) itu
membawa dampak yang luar biasa yaitu tersosialisasinya ilmu atau menyebarnya
ilmu pengetahuan. Pertama-tama bahwa ajaran Yunani Kuno itu dibawa oleh orang-orang
Islam ke timur dan dipelajari di sana. Sementara semangatnya pada saat itu
karena dominasi gereja itulah maka filsafat Yunani itu dianggap bertentangan
dengan gereja. Maka orangnya pun dikejar dan bukunya pun dibakar. Sehingga
setelah usai jaman gelap terjadi peperangan kembali dan dunia timur bisa
dikalahkan maka ditemukan kembali buku-bukunya Plato dan buku-bukunya
Aristoteles, maka dibangkitkan kembali filsafat Yunani Kuno, dalam hal ini
peran daripada orang-orang Islam adalah yang memelihara filsafat Yunani kuno,
kemudian pada saat yang tepat orang-orang Eropa bisa membacanya kembali,
ditambah filsafatnya bangsa Islam termasuk teknologinya. Sehingga pertanyaannya
kemudian ialah kenapa bangsa Eropa menjadi bangsa yang relatif menang dalam hal
teknologi. Salah satu contohnya membuat rumah saja penuh dengan teknologi.
Definisi ilmu itu
tergantung dunianya. Ada lima dunia ; kaum industry, kaum konservatif, kaum
humanis (old humanis), kaum sosiokontraktif, kaum progresif (kaum education is
for all society). Kaum industry, kaum konservatif dan kaum humanis (old
humanis) mendefinisikan matematika sebagai body
of knowledge, sebagai structure of
knowledge. Jadi para mathematicism itu adalah para prajurit-prajuritnya
kaum Industrialisasi ini. Jika kita berpikir seperti Pure Mathematicism ketika
menghadapi murid-murid, berarti kita adalah prajurit-prajuritnya kaum Industrialisasi
yang siap mencabut intuisinya para siswa, itulah yang bikin tragis, tetapi kaum
Sosiokontraktif dan kaum Progresif (kaum education is for all society)
mendefinisikan matematika sebagai kegiatan, bahkan kegiatan sosial. Tugas guru
adalah bagaimana caranya agar intuisi siswa itu tidak hilang, karena intuisi
adalah 80% dari hidup kita.
Bagi Industrialisasi, Konservatif
dan Old Humanis yang namanya ujian itu adalah eksternal tes atau ujian
nasional, sedangkan bagi Progresif dan kaum education
is for all society, yang namanya evaluasi adalah portofolio. Beda sekali
mendefinisikannya. Dan orang-orang New Zeland dan orang-orang Inggris sangat
menolak ujian nasional. Teknologi itu harus ada segmennya. Itulah yang dalam
filsafat disebut dunia makro. Kalau
dunia mikro tidak lain tidak bukan
adalah diriku sendiri.
Hebatnya orang
berfilsafat itu yaitu mampu mentrasformir dunia, menembus ruang dan waktu. Old
Humanis itu artinya tidak berpusat pada Tuhan, tetapi berpusat pada manusia.
Lain dengan Humaniora yang berarti sifat-sifat manusiawi, tapi kalau Humanis
itu yang bersifat berpusat pada diri manusia, ini tidak baik menurut orang yang
berpusat pada Tuhan. Hal ini jika dilihat dari segmen sisi pendidikan.
Indonesia sekarang ini
sudah terjebak dalam skema Kapitalis,
Pragmatis, Utilitarian, Hedonis, atau sang Powernow. Jadi kalau ingin membaca riwayat hidup Indonesia di waktu
yang akan datang maka bacalah riwayat hidup Amerika. Karena Amerika itu adalah
tokoh dan sponsornya Powernow. Indonesia
sekarang ini berada pada fase dimana lebih suka dengan sensasi, itu baik atau
buruk tidak peduli. Kaitannya dengan artis yang turun ke dunia politik itu
fenomenanya bisa dikatakan sebagai kekecewaan masyarakat terhadap situasi, atau
bisa juga diistilahkan sebagai “nglulu”. Intuisi itu sangat penting sekali. Ada
intuisi ruang ada intuisi waktu. Intuisi ruang miaslnya panjang, pendek, besar,
kecil, jauh, dekat. Belajar intuisi itu dengan peragaan, tidak perlu
mendefinisikan.