Selasa, 15 Januari 2013

REFLEKSI PERKULIAHAN FILSAFAT ILMU (Senin, 14 Januari 2013)



MENGGAPAI UJIAN AKHIR SEMESTER
Filsafat dalam pembelajaran matematika bisa diambil dari pengalaman di sekolah, s1, s2, pengalaman mengikuti seminar, workshop, atau ingat penjelasan Pak Marsigit. Artinya yang sangat alami yang telah kita alami. Filsafat dalam pembelajaran matematika ada filsafat pembelajarannya dan filsafat matematikanya. Filsafat ini dapat diingat mengenai peta pendidikan dunia 1, 2, 3. Kalau itu teoritis atau diambil dari teori berarti itu kerangkanya, dan akan lebih kokoh kalau disertakan contoh-contohnya.
Dalam penerapan constructivism dalam pembelajaran matematika, bedanya orang yang belajar filsafat itu dia mampu menembus filsafatnya tidak hanya berhenti di psikologi. Kalau orang yang belajar pendidikan tanpa belajar filsafat maka kontruktivism hanya sebagai resep yang berhenti di psikologi saja. Tetapi dalam filsafat, constructivism itu sejak awal dari persoalan filsafat dari membuang mitos dan membangun logos itu sudah termasuk construct, ini sudah menembus ruang dan waktunyan secara jauh sekali. Dengan demikian to construct itu adalah epistemologi, yaitu salah satu wujud dari epistemologi. Hanya saja kalau sudah turun ke bawah menjadi bermacam-macam, constructivism dalam filsafat masih solid, tetapi kalau sudah sampai di bawah itu sudah tercerai berai, misalnya constructivism dalam psikologi, constructivism dalam arsitektur/teknik sipil, dll.
Dalam hal epistemological foundation of mathematics, di dalam filsafat kalo ada epistemological foundation supaya adil pasti ada ontological foundation. Karena antara epistemologi dan ontologi tidak bisa dipisah. Kalau ada epistemological foundation, ada ontological foundation, maka pasti ada aksiological foundation of mathematics. kata penghubungnya adalah foundation. Apa yang difondamenkan bisa mathematic, bisa education, bisa knowledge, bisa art, bisa love, etik, attitude, dll. Maka setiap yang ada dan yang mungkin ada bisa mempunyai foundation. Separo dunia adalah foundation, dan separo dunia yang lain adalah anti foundation atau intuisionism. Maka bisa juga dibuat epistemological anti foundation of mathematics, itu sebagai bentuk kreativitas.
Filsafat dibagi menjadi 3, yaitu klasik, modern, kontemporer. Maka ada epistemologi klasik, epistemologi modern, epistemologi kontemporer. Dalam belajar filsafat, harusmya seseorang bisa menembus ketiganya itu. Yang kontemporer itu kita lakukan setiap hari, misalnya studi riset S2. Epistemologi kontemporer itu setali tiga uang dengan epistemologi powernow, kapitalism, pragmatism, utilitarian, dan hedonism. Dampak dan produk dari epistemologi kontemporer yaitu misalnya adanya arisan sex di kalangan pelajar, grativikasi sex pada kalangan para pejabat, dll. Masalah pendidikan sekarang ini dipegang oleh orang-orang yang tidak mengetahui tentang pendidikan, mereka tidak mengetahui hakekat guru, hakekat siswa, hakekat belajar, dsb.
Terdapat ontological foundation, epistemological foundation, dan aksiological foundation. Ontological mengenai konsep, menghenai hakekat, mengenai pengertian, intinya adalah adanya wadah dan ini (adanya forma dan substansinya). Hebatnya Imanuel Kant, apistemological dari Imanuel Kant itu adalah sintetik apriori, itu foundation daripada mathematics. Selain itu hebatnya Imanuel Kant itu adalah rasional empiris, membangun rumah di atas objek yang berjalan, ibarat rayap membangun gedung di atas gerbong ketera api. Matematika itu sekaligus empiris, sekaligus rasional.
Kajian dalam filsafat ada 3, metafisik, filsafat umum, dan etik dan estetika atau akhlak. Semua orang itu mengalami pasang surut dalam beribadah. Pasti ada berbagai gangguan yang kadang-kadang datang. Tidak ringannya pembelajaran filsafat ilmu ini karena totalitasnya pembelajaran ini, dan ada penjiwaan di dalamnya. Poin-poin yang berat di dalam pembelajaran filsafat, yang utama adalah teologi / hakekat tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar